Waisak 2569 BE, Vihara Avalokitesvara Tegaskan Makna Spiritualitas di Tengah Tantangan Zaman

JABAROKENEWS.COM, Kota Serang – Waisak 2569 BE/2025 tidak hanya menjadi momen ritual bagi umat Buddha di Banten, namun juga menjadi ajang refleksi moral dan sosial di tengah tantangan zaman. Hal ini diungkapkan Sutanta Ateng, seorang seuseupuh Vihara Avalokitesvara dan tokoh senior lintas agama di Banten.

“Atas nama ajaran Sang Buddha, Waisak adalah waktu yang tepat untuk menyemai kebajikan. Tidak hanya dalam ritual, tapi juga dalam tindakan nyata di masyarakat,” ujar Ateng kepada wartawan Senin, (12/5/2025).

Ia menekankan pentingnya memperluas makna Waisak ke dalam kehidupan sehari-hari, terutama di tengah era digital yang penuh distraksi dan polarisasi.

Menurut Ateng, perayaan Waisak bukan sekadar seremoni, tetapi panggilan untuk memperkuat nilai welas asih dan introspeksi diri.

“Sekarang bukan zamannya lagi hanya bicara doktrin. Umat Buddha harus hadir di tengah masyarakat sebagai pelaku kedamaian dan agen perubahan positif,” katanya.

Di tengah meningkatnya intoleransi di beberapa daerah, Ateng mengapresiasi masyarakat Banten yang tetap menjaga keharmonisan.

“Banten punya warisan toleransi sejak lama. Disini, umat dari berbagai keyakinan bisa saling menghormati tanpa saling mencampuri urusan ibadah,” jelasnya.

Ia juga menyoroti pentingnya pendidikan moral lintas agama sejak dini. “Kalau dari kecil diajarkan nilai kebaikan universal seperti kasih sayang, empati, dan pengendalian diri, maka besar kemungkinan anak-anak kita akan tumbuh menjadi manusia yang adil dan bijaksana,” ujarnya.

Ateng menyampaikan harapannya agar pemerintah lebih aktif memfasilitasi kegiatan lintas iman yang berbasis kultural, bukan hanya seremonial.

“Kegiatan keagamaan jangan hanya dianggap ritual. Harus ada pendekatan budaya dan sosial yang bisa menyatukan masyarakat dari bawah,” tambahnya.

Ia menjelaskan bahwa Vihara Avalokitesvara tetap menggelar persembahyangan dan pembacaan paritta dengan khidmat, namun tetap sederhana. “Kami tidak mencari kemegahan. Yang penting makna spiritualnya,” pungkasnya.

Waisak tahun ini menjadi penanda bahwa kebijaksanaan kuno masih sangat relevan di tengah dunia modern. Sutanta Ateng mengingatkan, “Kebajikan itu bukan untuk dipamerkan, tapi untuk dilakukan, sekecil apa pun bentuknya.”

( Yuyi Rohmatunisa)